.


Followers

Senin, 01 Maret 2010

Zikir

Berzikir secara istiqomah kepada Allah Swt dan istiqomah pula untuk menjauhi, menghindari terhadap apa-apa yang diharamkan Allah Swt.
Berzikir itu paling besar pahalanya di sisi Allah Swt. Bahkan dengan membaca kalimat Laailaha Illalloh dengan tulus ikhlas untuk niat bertobat kepadaNya, dosa-dosanya akan diampuni termasuk dosa dari perbuatan syirik (sebagai dosa terbesar di sisi Allah).
Selain itu kepintaran manusia di sisi Allah sangat kecil dan terbatas. Seperti diuraikan dalam Al-Quran
"Sesungguhnya hanya pada sisi Allah sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim (kandungan). Dan tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui (secara pasti) terhadap apa-apa yang akan diusahakannya besok hari. Dan tidak ada seorangpun di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(QS .Luqman; 34)

Pernah suatu saat Nabi Daud didatangi Malaikat Ijrail dan malaikat itu berkata bahwa si A itu akan meninggal dunia enam hari lagi. Tapi, setelah enam hari itu ternyata si A tidak meninggal. Untung kata Nabi Daud, beliau tidak bilang sama si A bahwa dirinya akan meninggal enam hari lagi. Padahal, menurut catatan Allah Swt memang seperti yang disampaikan Malaikat Ijrail tersebut. Tapi, karena si A sebelum kematiannya bersilaturrahmi kepada kerabat dan teman-temannya, maka Allah memperpanjang umur si A tersebut selama dua puluh (20) tahun lagi. Maksudnya nabi dan malaikat Allah saja ilmunya terbatas, apalagi manusia.

Bahkan kata Rasulullah karena pentingnya kebersihan hati tersebut, beliau berpesan kepada ummatnya: “Al-fuqaha-u mana-urrusul maa lam yadhuluu fiddunnya walaa tattabi’uus syulthon faiza fa’aluu zalika fahdaruuhum—para ulama ahli fiqih itu dipercaya Rasul (selama mereka tidak terlibat pemerintahan), jika terlibat pemerintahan maka berhati-hatilah terhadap mereka.” (HR. Imam Ali).
Jadi, untuk menghindari yang haram dan syubhat demi kebersihan hati, ulama yang terlibat politik pun tidak boleh diikuti, terlebih hanya orang pandai.

Sampai-sampai beliau berpesan; dari Nu’man bin Yasir, Nabi SAW bersabda:”Innal halalan bayyinun walharomu bayyinun wabaynahuma musytabihatun laaya’lamuuna katsirun minannas famanittaqos syubuhaati faqodis tabro’a lidynihi wa’irdhihi waman waqo’a fissyubuhaati waqo’a filharomi, kalro’i yar’aa haulalhima yuusyika anyaqo’a fiihi al-awa inna likulli maaliki himaa. Al-awa inna filjasadi mudlghotan izaa sholahat sholahal jasadu kulluhu waizaa fasadat fasadal jasadu kulluhu al-awa hia al-qolbu—Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya adalah syubhat, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Maka barang siapa menjaga dirinya dari syubhat, sungguh ia bersih dalam agamanya dan kehormatannya, dan barang siapa yang jatuh pada syubhat niscaya ia jatuh pada yang haram…ingatlah bahwa tempat terlarang Allah itu ialah perkara-perkara yang diharamkan. Ingatlah bahwa dalam tiap-tiap badan itu ada sepotong daging, bila sepotong daging itu baik, maka baiklah seluruh badan dan bila sepotong daging itu rusak, maka rusaklah seluruh badan, dan ingatlah bahwa sepotong daging itu adalah hati.”(muttafaq alaih)