.


Followers

Minggu, 25 Juli 2010

Bagaimana caranya meluruskan akal dan hati?. Apakah ini termasuk kedalam hal-hal khusyu?

Kesibukan kepada hukum-hukum agama telah melalaikan hal-hal yang utama, salah satunya ialah meluruskan akal dan hati.

Berbicara dan mengambil bermacam-macam contoh yang memudahkan pengertian akal mengenai cara meluruskan akal dan hati adalah suatu keharusan. kita dapat mengambil pengertian mengenai meluruskan akal dan hati itu dengan sinonim ‘konsentrasi’, yaitu



kata lain yang relatif sama dengan ‘khusyuk’.
Kata-kata khusyuk sangat dekat dengan pengertian agamis yang seharusnya tak tercampurkan penggunaan bahasa itu dengan bahasa duniawiyah.

Tidak semua orang dapat memahami tentang meluruskan akal dan hati. Oleh karena memang pekerjaan ini sungguh-sungguh berat, seperti apa yang diutarakan dalam surah berikut :

Al-Baqarah 45

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.



Ini pembuktian pertama dan merupakan ciri khas dari lurusnya akal dan hati. Artinya bila yang difikirkan itu tidak sampai kepada hasil pemikiran kepada hubungannya dengan Allah, maka yang difikirkan itu menjadi sia-sia, amal yang tak berbekas. ayat diatas menunjukkan tentang bertafakkur terhadap penciptaan alam semesta.

Kalau begitu, bertafakkur itu termasuk yang diutamakan dan berlipat ganda manfaatnya, juga kunci daripada meluruskan akal dan hati, menambah kekaguman kepada Allah dan menambah keyakinan yang amat sangat kepada Allah. Bertafakkur termasuk jihad besar. Secar ilmu kesehatan bertafakkur membutuhkan energi dan kalori yang banyak, kelelahan phisik, tetapi kualitasnya paling baik dibanding dengan yang lainnya. Allah menghargai hasil pemikiran manusia sesuai kesanggupan hasil berpikirnya.

Bertafakkur juga menambah kesadaran, kesabaran dan keikhlasan. Pandangan menjadi luas, sarana ke arah sifat bijaksana dan merundukkan akal dan hati; atau menjadi ukuran pula akan rendahnya hati seseorang dihadapan Allah.

Pekerjaan tafakkur bukan tidak ada kendala. Karena tafakkur merupakan kunci awal dari meluruskan akal dan hati serta kunci pula dari pada kesadaran, maka pekerjaan tafakkur sering mendapat gangguan, terutama dari pengaruh syaitan. Bila dirinci gangguan-gangguan itu ialah: mengikuti lintasan akal, tertidur, terpancing oleh keadaan seperti anak istri, suami, orang tua, tetangga, dan sebagainya.

Tetapi dari semua itu, yang perlu ditegaskan ialah bertafakkur (memikirkan Allah) itu seharusnya dilakukan dimana saja, misalnya di shalat, di zikir, membaca Al-Qur’an, di majelis, merasa diawasi diperjalanan, diatas kendaraan, dikantor, dirumah, di kampus, disekolah dan dimana saja, seperti yang disebutkan pada surah Ali-Imran 191.